PINTUJABAR.COM || PURWAKARTA – Pemerintah Kabupaten Purwakarta terus menunjukkan komitmennya dalam mendukung program swasembada pangan nasional. Hal tersebut diwujudkan melalui pelaksanaan panen raya di wilayah Tegalonder, Kelurahan Nagri Kidul, Kecamatan Purwakarta, Rabu (27/8/2025).
Panen raya secara simbolis dilakukan di lahan seluas 1,5 hektare oleh Bupati Purwakarta. Kegiatan itu turut dihadiri Dandim 0619/Purwakarta Letkol Inf Ardha Cairova Pariputra, Dansubdenpom III/3-4 Purwakarta, Kapolsek Purwakarta, serta Plt Kepala Dinas Pangan dan Pertanian (Dispangtan) Purwakarta bersama jajaran.
Bupati Purwakarta dalam sambutannya menyampaikan bahwa panen di Tegalonder merupakan bagian dari rangkaian musim panen yang sudah dimulai sejak awal Agustus 2025. Total lahan yang dipanen di wilayah tersebut mencapai 60 hektare dan diperkirakan akan selesai pada akhir September.
Menurutnya, ketersediaan pangan merupakan salah satu pilar penting dalam menjaga ketahanan nasional. Karena itu, pemerintah daerah akan terus berkolaborasi dengan petani, TNI-Polri, serta instansi terkait untuk memastikan produksi pangan di Purwakarta tetap terjaga.
Dalam kesempatan itu, Pemkab Purwakarta juga memperkenalkan penggunaan combine harvester, yaitu alat mesin pertanian modern yang mampu memotong, merontokkan, hingga mengarungi padi dalam satu kali proses.
“Dengan mesin ini, panen jauh lebih cepat dan tidak memerlukan banyak tenaga kerja. Petani cukup fokus mengolah lahan, sementara proses panen bisa diselesaikan menggunakan mesin. Combine ini juga bisa dipinjam oleh kelompok tani yang membutuhkan, sehingga panen bisa lebih optimal dan hasilnya cepat dirasakan petani,” ujar Bupati.
Plt Kepala Dispangtan Purwakarta, Hadiyanto Purnama, menambahkan bahwa panen di Tegalonder kali ini menggunakan varietas Inpari 49. Varietas tersebut memiliki potensi hasil mencapai 9 ton per hektare. Dari lahan 1,5 hektare, diperkirakan menghasilkan calon benih sekitar 3,99 ton.
Ia menjelaskan, padi ditanam pada 8 Mei 2025 dan dipanen pada 27 Agustus 2025. Panen menggunakan combine harvester menghasilkan gabah dengan harga rata-rata Rp7.000 per kilogram. Sedangkan panen secara tradisional hanya berkisar Rp6.000 per kilogram.
Namun demikian, sebagian lahan diketahui mengalami serangan hama penyakit. Akibatnya, daya tumbuh benih diperkirakan hanya sekitar 80–86 persen. Dengan kondisi tersebut, hasil panen kali ini lebih difokuskan untuk konsumsi ketimbang produksi benih.
Sementara itu, Dandim 0619/Purwakarta Letkol Inf Ardha Cairova Pariputra menilai bahwa pemanfaatan combine harvester akan sangat membantu petani. Selain meningkatkan produktivitas, juga lebih efisien dari sisi waktu dan tenaga kerja.
“Tadi saya coba langsung, dalam satu kali jalan sekitar 100 meter bisa menghasilkan dua karung padi. Secara waktu sangat hemat, operasionalnya mudah, dan bisa dimanfaatkan oleh seluruh petani, tidak hanya kelompok tertentu,” ungkapnya.
Ia juga menekankan bahwa ketahanan pangan harus diperkuat bukan hanya dari sisi luas lahan pertanian, tetapi juga kualitas pengelolaan yang berbasis teknologi. Dengan begitu, petani tidak hanya bergantung pada cara tradisional.
Panen raya di Tegalonder ini sekaligus menjadi momentum untuk mendorong regenerasi petani. Pemerintah berharap anak muda tidak ragu terjun ke sektor pertanian karena kini sudah didukung dengan alat dan teknologi modern.
Melalui panen raya ini, Pemkab Purwakarta menegaskan komitmennya dalam menjaga ketersediaan pangan sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani. Kolaborasi antara pemerintah, petani, dan aparat keamanan menjadi kunci dalam menciptakan ketahanan pangan yang berkelanjutan.
Dengan langkah tersebut, Purwakarta diharapkan mampu menjadi salah satu daerah penopang program swasembada pangan nasional serta menjadi contoh daerah lain dalam pemanfaatan teknologi pertanian modern. (Td)